PTK UKIN Yulianti 2023 Kelas 2F
PENERAPAN METODE MIND MAPPING
DALAM MENINGKATKAN SIKAP DAN NILAI PAI KELAS VI SDN 1 KEDUNGJAYA
Disusun oleh:
Yulianti, S.Pd.I
PROGRAM
PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) FAKULTAS ILMU KEPENDIDIKAN
LPTK UIN SMH BANTEN TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan, kesempatan, rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan safaatnya dihari kelak. Sehingga Proposal Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul : Penerapan Metode Mind Mapping Dalam Meningkatkan Sikap dan Nilai PAI Kelas VI SDN 1 Kedungjaya Tahun Pelajaran 2023 – 2024.
Proposal penelitian tindakan kelas ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas PPG (Program Pendidikan Profesi Guru) penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten.
Dalam penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada :
1.
Ibu Hj.EEN NURHAENI, S.Pd sebagai kepala sekolah SDN 1 Kedungjaya Kecamatan Kedawung Kabupaten
Cirebon
2.
Ibu LINDA IRAWATI, S.Pd selaku
wali kelas VI
3. Semua Pihak
yang telah membantu
sehingga proposal PTK ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.
Cirebon, 21 Nopember 2023
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................
D. Tujuan Penelitian .......................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
1. Metode Mind Mapping ........................................................................
a. Pengertian Metode.........................................................................
b. Pengertian Metode Mind Mapping .................................................
c. Cara
Membuat Mind Mapping ........................................................
d. Tujuan
Mind Mapping
....................................................................
e. Kelebihan Mind Mapping................................................................
2. Pengembangan Sikap dan Nilai ............................................................
a. Hakikat Pengembangan ..................................................................
b. Hakikat Sikap .................................................................................
c. Hakikat Nilai………………………………………………...…..…
d. Tujuan Pengembangan....................................................................
e. Manfaat Pengembangan..................................................................
f. Fungsi Pengembangan ....................................................................
g. Faktor Penunjang Pengembangan ....................................................
h. Pedoman Pembelajaran Pengembangan ...........................................
i.
Penilaian Pembelajaran Pengembangan Sikap dan Nilai ..................
3. Pembelajaran PAI.................................................................................
a. Pengertian PAI ...............................................................................
b. Tujuan Belajar PAI… .....................................................................
c. Ruang Lingkup PAI ........................................................................
d. Pembelajaran PAI Dengan Mind Mapping
......................................
4. Karakteristik Siswa Kelas VI SD. .........................................................
BAB III METODE PENELITIAN
C. Populasi dan Sampel ……………………………………………………..
D. Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data ............................................
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Observasi
Pengembangan Sikap dan Nilai dengan Metode Mind Map ...................................................................................................
Tabel 2. Pedoman Penilaian
Pengembangan Sikap dan Nilai dengan
Metode Mind Map ...................................................................................................
Tabel 3. Persentase Pengembangan Sikap dan Nilai Siswa yang Belum dan Sudah Mencapai KKM pada Prasiklus ...............................................
Tabel 4. Kategori Nilai Pengembangan Sikap dan Nilai Siswa .........................
Tabel 5. Persentase Siswa yang Sudah dan Belum Membiasakan Solat Lima Waktu pada Siklus I ..................................................................... ....
Tabel 6. Perbandingan Persentase Siswa Prasiklus dan Siklus I........................
Tabel 7. Persentase Siswa yang Sudah dan Belum Membiasakan Sholat Lima Waktu pada Siklus I dan Siklus II .....................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambaran Kerangka Pikir ................................................................
Gambar 2. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas..............................................
Gambar 3. Ekspresi Salah Satu Siswa saat Solat Lima Waktu ............................
Gambar 4. Grafik Perbandingan Pengambangan Sikap dan Nilai Siswa pada Prasiklus dan Siklus I .......................................................................
Gambar 5. Grafik Perbandingan Pengambangan Sikap dan Nilai Siswa pada Siklus I dan Siklus II .........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonsia memiliki landasan ideologi yaitu Pancasila dan Undang- undang Dasar 1945. Sebagai landasan ideologis bahwa pendidikan di Indonesia berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman. Dimana sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Bentuk kegiatan spritual yang terjadi di dalam kehidupan dunia sangatlah banyak macamnya. Salah satunya yaitu shalat. Sebagaiseorang muslim, shalat merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari. Sekurang-kurangnya lima kali dalam sehari-semalam, mengkhususkan sebagian waktu untuk menunaikan shalat. Dalam dunia pendidikan formal hal ini kurang diperhatikan karena fenomena saat ini lebihmenekankan pada nilai hasil akhir yang bagus dan tercapainya kegiatan pada diri siswa hal ini disebabkan karena pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur.
Hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab seorang pendidik untuk mengarahkan pendidikan formal tidak hanya menekankan pada nilai hasil akhir tetapi harus memiliki nilai spiritual yang baik pula. Karena hal itu dapat dijadikan sebagai bekal untuk masa yang akan datang untuk anak-anak didik (siswa). Nilai spiritual dapat diperoleh dari kegiatan-kegiatan keagamaan salah satunya yaitu shalat.
Inilah tanggung jawab dan tantangan yang besar untuk seorang pendidik maupun orang tua karena pada zaman sekarang ini anak muda lebih tertarik pada suatu hal yang modern dan kurang tertarik pada konsep-konsep dasar Islam. Padahal orang dapat terlihat
baik maupun buruk tergantung pada kegiatan spiritual shalat lima waktu. Karena, shalat merupakan tiang agama untuk umat Islam sehingga, seluruh umat Islam dilarang untuk meninggalkan kewajiban tersebut. Sehingga jika tiang itu kokoh maka semuanyapun akan menjadi kokoh pula.
Kegiatan keagamaan shalat lima waktu akan membuat seseorang itu melakukan perkara yang terpuji dan meninggalkan perkara yang tercela. Seperti halnya dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Ankabut ayat 45 yang berbunyi:
ّٰللاُ َي ْعلَ ُم ما
ِّٰللا اَ ْك َب ُر ۗ َو
وا ْل ُم ْن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر
ۤا ِء ش
ع ِناُ ا ْل َفح
ص ٰلوةَ تَ ْن ٰهى
َّن ال
ص ٰلو ۗةَ
ب واَ ِق ِم ال
م َن ا ْل ِك ٰت
ي اِلَ ْيك
َمآ اُ ْو ِح
صنَعُ ْو َن
تْ ُل
تَ
Artinya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,
Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
dan Sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Ankabut:45)
Seseorang terkadang merasa malas untuk melakukan shalatlima waktu. Menurut Bishri Musthofa dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Sehat dengan Shalat” mengatakan bila muncul rasa malas untuk beribadah, itu berarti hawa nafsu berupa malas sedang merasuk menguasai hati. Segeralah lawan dengan mengerahkan segenap kemampuan yang ada, dengan cara segera melakukan ibadah yang dimalaskan tersebut.
Dalam dunia pendidikan formal, in-formal maupun non- formal perlu adanya mengontrol kegiatan keagamaan khususunya shalat. Agar siswa dapan menjadi manusia yang baik dalam hal akademiknya dan spiritualnya.
Berdasarkan fenomena yang ada di lingkungan pendidikan saat ini di dalam lembaga pendidikan formal terdapat banyakkemungkinan yang terjadi bahwa seorang siswa yang memiliki spiritual yang tinggi khususnya dalam ibadah shalat akan memiliki kedisiplinan yang tinggi. Namun ada juga siswa yang memiliki spiritual yang sedang khususnya dalam ibadah shalatnya tetapimemiliki kedisiplinan yang bagus juga.
Namun pada hakikatnya siswa yang disiplin karena ibadah shalat yang baik dengan ibadah shalat yang sedang atau tidak terlalu baik itu berbeda sekali. Dalam fenomena kehidupan saat ini dapat kita ketahui dan amati seseorang yang memiliki ibadah shalat yang baik akan memiliki sikap kedisiplinan yang baik dimanapun mereka berada walaupun tidak ada peraturan di dalamnya. Tetapi, seseorang yang memiliki ibadah shalat sedang akan melakukan suatu hal dengan disiplin karena terdapat suatu alasan di dalamnya yaitu peraturan yang mengikatnya atau tanggung jawab yang harus mereka lakukan dan lain sebagainnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Upaya Mengembangkan
Sikap dan Nilai Dengan Meningkatkan Kesadaran Shalat Lima Waktu Bagi Para Siswa SDN 1 Kedungjaya”.
Alasan peneliti melakukan penelitian di SDN
1 Kedungjaya, karena siswa di dalam sekolah tersebut memiliki peserta didik
yang tingkat ibadah shalatnya
berbeda- beda dan sekolah ini salah satu lembaga formal yang juga menekankan kegiatan
ubudiyah salah satunya
ibadah shalat yaitu shalat lima waktu.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Masih banyak siswa
yang salah atau kurang tepat
dalam mempraktekkan ibadah shalat.
2.
Rendahnya jumlah siswa yang hafal secara tepat bacaan-bacaan shalat wajib.
3.
Banyak siswa yang belum terbiasa
dalam melaksanakan shalat
wajib di sekolah.
4.
Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat
5.
Kurangnya guru dalam menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan keterampilan ibadah shalat pada siswa
kelas VI di SDN 1 Kedungjaya Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon
C. Rumusan masalah
1.
Bagaimana penerapan metode mind mapping dalam meningkatkan Mengembangkan Sikap dan Nilai kelas
VI SDN 1 Kedungjaya tahun 2023?
2.
Bagaimana peningkatan Mengembangkan Sikap dan Nilai kelas VI SDN 1 Kedungjaya tahun 2023 melalui metode mind maping?
D. Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui penerapan metode mind mapping dalam meningkatkan Pengambangan Sikap
dan Nilai PAI kelas VI SDN 1 Kedungjaya tahun 2023.
2.
Mengetahui
peningkatan Pengambangan Sikap dan Nilai PAI melalui metode
Mind mapping kelas VI SDN 1 Kedungjaya tahun 2023
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di SDN 1 Kedungjaya memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut :
a)
Bagi Guru
1.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran.
2.
Hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas dalam
penggunaan metode mind mapping dalam pembelajaran PAI khususnya dalam meningkatkan pengambangan sikap dan nilai.
3.
Bahan masukan untuk dipertimbangkan dalam pemilihan metode pembelajaran
4.
Bahan informasi tentang penggunaan
metode pembelajaran untuk meningkatkan pengambangan sikap dan nilai siswa
b) Bagi Siswa
1.
Siswa kelas VI SDN 1 Kedungjaya
dapat mengembangkan bakatnya
dalam pengambangan sikap dan
nilai dengan menggunakan metode mind mapping.
2.
Siswa mendapatkan pengalaman baru melalui penerapan
metode
mind mapping.
c)
Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan masukan serta pengetahuan bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan pengambangan sikap dan nilai melalui metode mind mapping siswa kelas VI SDN 1 Kedungjaya
.
BAB II KAJIAN TEORI
1. Metode Mind Mapping
Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek”, yakni “Metha” berarti melalui , dan “Hodos” artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta, bahwa “metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”.2 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai maksudnya.3 Dalam metodologi pengajaran agama Islam pengertian metode adalah suatu cara, seni dalam mengajar.4 Para ahli mendefinisikan beberapa pengertian tentang metode antara lain: Purwadarminta dalam menjelaskan bahwa, metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-biak untuk mencapai suatu maksud.5 Ahmad Tafsir juga mendefinisikan bahwa metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Ungkapan “paling tepat dan cepat itulah yang membedakan method dengan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa Inggris”.6 Nurul Ramadhani Makarao, metode adalah kiat mengajar berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mengajar.7 Menurut Zulkifli metode adalah cara yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.8 Sehingga metode juga bisa diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu. Dan cara itu mungkin baik, tapi mungkin tidak baik. Baik dan tidak baiknya sesuatu metode banyak tergantung kepada beberapa faktor. Dan faktor-faktor tersebut, mungkin berupa situasi dan kondisi serta pemakaian dari suatu metode tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik. Oleh karena itu pendidik perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Metode disini hanya sebagai alat, dan bukan sebagai tujuan sehingga metode mengandung implikasi bahwasannya proses penggunaannya harus sistematis dan kondisional. Maka hakekatnya penggunaan metode dalam proses belajar mengajar adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik dan mengajar. Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka urutan kerja dalam suatu metode harus diperhitungkan benar-benar secara ilmiah. Metode mengajar yang digunakan akan menentukan suksesnya pekerjaan guru didalam pembelajaran. Metode dan juga teknik mengajar merupakan bagian dari strategi pengajaran. Metode pengajaran dipilih berdasarkan dari atau dengan pertimbangan jenis strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitu pula, oleh karena metode merupakan bagian yang integral dengan sistem pengajaran maka perwujudannya tidak dapat dilepaskan dengan komponen sistem pengajaran yang lain. Metode dalam proses belajar mengajar merupakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan syarat terpenting sebelum seseorang menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Apabila seorang guru dalam memilih metode mengajar kurang tepat akan
menyebabkan kekaburan tujuan yang menyebabkan kesulitan dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan. Selain itu pendidik juga dituntut untuk mengetahui serta menguasai beberapa metode dengan harapan tidak hanya menguasai metode secara teoritis tetapi pendidik dituntut juga mampu memilih metode yang tepat untuk bisa mengoperasionalkan secara baik.
b. Pengertian
Metode Mind Mapping
Mind Mapping berasal dari kata “mind” yang artinya pikiran dan “mapping” yang artinya membuat peta. Sehingga mind mapping juga biasa diartikan sebagai pemetaan pikiran. Mind Mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang digunakan untuk melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi pelajaran dengan pemetaan pikiran (mind mapping). 1 Mind mapping adalah cara mencatat yang efektif, efesien, kreatif, menarik, mudah dan berdaya guna karena dilakukan dengan cara memetakan pikiran-pikiran kita. Sistem berpikir yang terpancar (radiant thinking) sehingga dapat mengembangkan ide dan pemikiran ke segala arah, divergen, dan melihatnya secara utuh dalam berbagai sudut pandang. Alat organisasional informasi bekerja sesuai dengan mekanisme kerja otak sehingga dapat memasukkan dan mengeluarkan informasi dari dan ke dalam otak dengan mudah.
Metode penulisan yang bekerja dengan menggunakan prinsip manajemen otak sehingga dapat membuka seluruh potensi dan kapasitas otak yang masih tersembunyi.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, mind mapping dapat dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran yang memanfaatkan kerja alami otak kanan dan otak kiri secara seimbang melalui proses mencatat dan meringkas dengan menggunakan gambar berwarna-warni dan bahasa yang lebih mudah dimengerti. Sehingga siswa
dapat belajar secara optimal.
c.
Cara Membuat
Mind Mapping (Peta Pikiran)
Mind Mapping dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep permasalahan tertentu dari cabang korelasi konsep menuju suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung agar mudah dimengerti oleh si pembuatnya. Dengan membuat mind map akan sangat membantu bagi seseorang untuk memahami lebih baik materi pembelajarannya yang dapat kamu pelajari pada buku 1st Mind Map oleh Sutanto Windura.
Dengan Mind map memungkinkan otak untuk menggunakan semua gambar dan asosiasi dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak dirancang.
Berikut ini beberapa Langkah yang harus dilakukan dalam merancang mind mapping terbaik:
1. Siapkan peralatan sebelum membuat mind mapping tentu sangat penting.
Peralatan yang dibutuhkan dalam membuat mind map adalah kertas gambar persegi panjang, spidol berwarna atau pensil warna, dan tentunya buku atau kertas karton.
2. Tentukan konsep ataupun tema besar yang akan menjadi inti
utama dari mind map. Temukan juga
poin penting di tiap bab dan sub bab ketika membuat mind mapping. Letakkan tema utama di tengah gambar sebagai
pusatnya. Memulai dari tengah memberi
kebebasan kepada otak untuk berkreasi
menjabarkan peta pikiran. Dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama.
Agar map mapping hasilnya lebih maksimal,
hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat. Setiap cabang utama bisa dibuat percabangan lagi sesuai dengan konsep yang dibahas. Dengan
menghubungkan cabang-cabang, kamu akan lebih
mudah mengerti
dan mengingat.
3. Tujuannya adalah untuk memudahkan penulisan cabang lain. Bila media yang
anda gunakan berbentuk vertikal, Anda bisa menempatkan tema utama pada bagian atas, sehingga mind map
nantinya akan menurun ke bawah. Tentukanlah
Sub-tema nya Setelah Anda selesai menentukan tema utama, maka Anda juga harus menentukan tema turunan yang akan
dihubungkan dengan suatu garis cabang
Saat membuat caban tema ini, usahakan untuk tidak
membuat garis yang lurus. Tujuannya
adalah agar mind map Anda tidak terlalu kaku dan lebih memudahkan
Anda dalam memahami konteks isinya Selain itu, tips lainnya adalah dengan menurunkan tema turunan dengan kata kunci yang saling berkaitan
dengan tema. Selain akan lebih mudah untuk dipahami, nantinya
mind map Anda akan menjadi
lebih terstruktur dan juga lebih teratur.
4. Sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantumu
berimajinasi. Sebuah gambar sentral
akan lebih menarik yang akan membuatmu tetap terfokus, dan membantu mengaktifkan otak.
5. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah
energi kepada pemikiran
kreatif, dan menyenangkan. Penggunaan warna yang menarik adalah salah satu tips agar mind map dapat
digunakan semaksimal mungkin. Sebagai
contoh, saat membuat mind map dengan tema utama marketing maka sub tema yang dapat digunakan adalah
digital marketing, content marketing, dan lain-lain
dengan menggunakan warna hijau dan merah. Saat menggunakan warna pada sub-tema
atau pada berbagai
topik tertentu, nantinya otak akan lebih mudah dalam mengasosiasikannya dengan
topik yang bersangkutan. Jika tidak mempunyai pensil
ataupun spidol warna,
kamu
masih bisa menggunakan stiker atau post-it untuk membedakan masing- masing tema.
6. Dalam membuat mind mapping buatlah
garis hubung dengan
cara melengkung, bukan garis lurus yang akan membuat otak mudah merasa bosan
Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon tentunya akan jauh lebih menarik dan menyenangkan bagi mata, sehingga tidak lekas membuat jenuh.
7. Karena Kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan
fleksibilitas pada peta pikiran. Saat
menggunakan kata tunggal dalam mind mapping, setiap kata ini akan lebih bebas dan karenanya lebih bisa memicu ide
dan pikiran baru. Untuk memahami
secara jelas bagaimana membuat mind map yang
baik, buku Mind Map Langah Demi Langkah menjelaskan setiap langkah dalam membuat mind map yang baik satu persatu.
8. Ketika membuat mind mapping, jangan langsung membuatnya di
kertas yang digunakan untuk
menggambar, draft peta pikiran terlebih dahulu di kertas buram. Rencanakan tempat peletakan bagan-bagan dan percabangan
dengan sebaik-baiknya.
d.
Tujuan Mind Mapping
Dalam kegiatan belajar di sekolah maupun di kampus, tentu ada sebuah ada sebuah interaksi yang di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru/dosen dengan mahasiswa/peserta didik. Namun, materi yang guru/dosen berikan itu akan kurang memberikan motivasi kepada peserta didik/mahasiswa, kalai penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Untuk itu pentingnya penggunaan mind mapping dalam kegiatan belajar. Mind mapping adalah memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep-konsep
permasalahan, yang dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi agar mudah dimengerti oleh pembuatnya.
Dengan begitu, manfaat dari mind mapping adalah sebagai berikut:
- Mempercepat proses
pencatatan karena hanya
menggunakan kata kunci.
-
Mengembangkan problem
solving skill pada peserta
didik/mahasiswa dengan cara brainstorming.
-
Mind mapping yang bagus dan keren
bisa sangat mudah untuk dibaca, diingat serta di review kembali.
Selain itu, ada pendapat lain yang mengungkapkan manfaat model pembelajaran mind mapping adalah untuk membangkitkan seantero otak, mengarahkan keterkaitan informasi yang terpisah, dan memberikan pandangan gambaran besar dengan rinci dan jelas. Sementara tujuan dari mind mapping adalah untuk menjadikan kegiatan belajar jadi lebih menyenangkan dan menghemat waktu, serta meningkatkan kemampuan manajemen informasi, imajinasi, dan konsentrasi.
e.
Kelebihan Mind Mapping
Mind mapping mampu membuat pekerjaan Anda lebih efisien dan terstruktur. Mind mapping membantu Anda untuk memetakan semua hal rumit. Semua itu bisa Anda lakukan dengan menggunakan mind mapping, selain itu, berbagai kelebihan mind mapping yang bisa Anda dapatkan. Berikut ini adalah kelebihan mind mapping yang bisa Anda peroleh ketika menggunakannya.
· Menghubungkan Ide
Anda bisa menghubungkan ide yang banyak dalam mind mapping, ini karena mind mapping bisa membantu Anda mengaitkan sebuah ide-ide yang kompleks menjadi sebuah grafik atau bagan yang saling berkaitan. Hal ini akan
mempermudah Anda dalam mengerjakan sesuatu atau mengingatnya.
· Mempelajari Konsep Baru
Menurut peneliti, ada tiga jenis orang di dunia ini saat mempelajari sesuatu.
Ketiga orang tersebut di antaranya adalah non-learner, route-learner, dan meaningful-learner. Non-learner adalah seseorang yang langsung melupakan informasi atau pembelajarannya begitu saja. Route-learner adalah orang yang telah mempelajari suatu informasi, tetapi tidak secara detail, misalnya saja, Anda pasti bisa menyebutkan provinsi yang ada di Indonesia, tapi Anda belum tentu mengetahui kota-kota apa saja yang terdapat di dalam provinsi tersebut.
Kemudian, meaningful-learner adalah seseorang yang mampu mempelajari suatu hal dengan detail, mereka mampu menghubungkan keterkaitan antara pengetahuan yang satu dengan yang lainnya, misalnya, Anda mengetahui kota- kota yang terdapat di seluruh provinsi yang ada di Indonesia, Anda bahkan mampu menyebutkan ciri khas dari kota-kota tersebut. Dengan mind mapping, Anda mampu mempelajari banyak konsep baru, lalu Anda bisa mengaitkan konsep tersebut terhadap konsep yang lainnya.
· Belajar Lebih Menyenangkan
Anda pasti setuju bahwa belajar akan lebih menyenangkan jika Anda bisa terlibat langsung di dalamnya. Misalnya saja, Anda bisa menghafal lagu hanya dalam waktu singkat. Bahkan, Anda mampu mengingat ratusan lagu di kepala Anda karena Anda bisa menikmati alunan musik dan liriknya.
Anda terlibat langsung saat Anda menyanyikan lagu tersebut. Sama seperti belajar, saat Anda menggambar peta, Anda tidak hanya melihat nama-nama kota atau wilayah yang terdapat di dalamnya, Anda bahkan tahu apakah daerah tersebut merupakan dataran rendah atau tinggi, karena Anda bisa membedakan warnanya. Seperti itu mind mapping bekerja, Anda bisa mengartikan banyak hal dan terlibat langsung dalam pembuatan mind mapping, sehingga Anda bisa mengingat lebih cepat.
· Memahami Ide-ide Kompleks
Anda bisa memahami ide-ide yang kompleks saat Anda menggunakan mind mapping. Mind mapping sering digunakan untuk memetakan sebuah rencana yang kompleks dan melibatkan banyak bagian. Faktanya, terdapat penelitian bahwa mind mapping bisa membantu siswa untuk mengerjakan tugas lebih berkualitas, terstruktur, dan sejalan dengan apa yang mereka tulis di mind
mapping.
· Prestasi Meningkat
Mind mapping bisa membantu Anda dalam meningkatkan prestasi. Secara langsung, mind mapping bisa membantu Anda dalam mengingat informasi, sehingga seluruh informasi tersebut mampu tertanam dalam otak Anda. Jika Anda sedang mengikuti kompetisi tertentu, Anda bisa membuat mind mapping tentang materi kompetisi tersebut. Dengan hal ini, Anda bisa menghafal lebih cepat dan memahami materi tersebut dengan baik, sehingga bisa membuat Anda memenangkan kompetisi tersebut. Prestasi Anda jauh lebih meningkat ketika Anda menggunakan mind mapping
2. Pengembangan Sikap dan Nilai
Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan, pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. 1 pengembangan yang berarti suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral. Edwin B. Flippo mendefinisikan pengembangan sebagai berikut: Pendidikan berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh, sedangkan Andrew F. Sikula mendefinisikan
pengembangan adalah suatu proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang sistematis dan terorganisasi dengan mana manajer belajar pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum”. 2 Istighfarotul Rahmaniyah dalam bukunya pendidikan etika mengatakan bahwa: pengembangan terfokus pada aspek jasmani seperti ketangkasan, kesehatan, cakap, kreatif, dan sebagainya. Pengembangan tersebut dilakukan dalam institusi dan juga luar institusi seperti di dalam keluarga maupun masyarakat.3 Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pengembangan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral dan pengembangan terfokus pada aspek jasmani seperti ketangkasan, kesehatan, cakap, kreatif, dan sebagainya. Pengembangan tersebut dilakukan dalam institusi dan juga luar institusi seperti di dalam keluarga maupun masyarakat.
b. Hakikat Sikap
Menurut Husdarta 2010: 19, sikap dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi dan bertindak terhadap objek tertentu secara positif atau negatif. Sikap negatif atau sikap yang tidak sesuai dengan harapan tercermin dalam perilaku, misalnya kurang disiplin atau tidak menunjukan kegigihan untuk mempertahankan nama perkumpulannya, karena sikap berhubungan dengan sifat, motivasi pemikirannya perasaanya dan juga pengaruh yang datang dari luar. Menurut Jung 19211971, yang di kutip oleh Jess Feist dkk. 2010: 137, mendefinisikan sikap suatu kecenderungan untuk bereaksi atau bereaksi dalam sebuah karakter. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Soekidjo Notoatmojo 2007:142, selain itu Soekidjo di dalam bukunya juga mengutip beberapa
batasan definisi tentang sikap menurut para psikolog dunia. “an individual social attitude is a syindrome of response consistency with regard to social objek” Cambel 1950. “a mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting and directive or dynamic influence uf on individual’s response to all objects and situation with wich is related” Allport, 1954 “attitude antailis an existing predisposition to response to social objecs which in interaction with situational 16 and other dispositional variables, guides and direct the overt behavior of the individual” Cardno, 1955 Menerut Allport yang di kutip dari Soekidjo Notoatmojo 2007: 143, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen. 1. Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponnen ini secara bersama sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Soekidjo Notoatmojo 2007: 144, membagi beberapa tingkatan sikap seperti halnya penegtahuan. 1. Menerima Menerima di artikan bahwa orang subjek mau memperhatikan stimulus yang di berikan objek. 2. Merespon Memberikan jawaban apabila di Tanya dan menyelesaikan tugas yang di berikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menenunjukan konotasi adanya
kesesuain reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap 17 merupakan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, akan tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku yang di dasarkan oleh pengetahuannya. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai hasil pengetahuan terhadap objek melalui penghayatan.
c. Hakikat Nilai
Dalam Kanal pendidikan, istilah nilai mengacu pada aksiologi pendidikan, sejauh mana pendidikan itu memunculkan dan menerapkan nilai/moral kepada peserta didik (Zaim Elmubarok:11-12).
Pengertian nilai menurut para ahli (Sofyan Sauri, dan herlan Firmansyah: 2010: 3- 5):
1. Menurut Fraenkel (1977) “A
Value is an idea- a concept about- what some
thinks is important
in life ( nilai adalah ide atau konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap
penting oleh seseorang)
2. Danandjaja, nilai merupakan pengertian-pengertian (conceptions) yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih
penting atau kurang penting, apa yang lebih baik
atau kurang baik, dan apa yang lebih
benar atau kurang benar.
3. Kluckhohn
(mulyana, 2004:1) Nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang sifatnya membedakan individu atau
ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan,
yang memengaruhi tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antar dan tujuan
akhir. Defenisi ini berimplikasi terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya,
seperti yang diungkapkan oleh
Brameld dalam bukunya tentang landasan-landasan budaya pendidikan. Dia
mengungkapkan ada enam implikasi terpenting, yaitu sebagai berikut:
a.
Nilai merupakan konstruk
yang melibatkan proses kognitif (logis dan rasional) dan proses
ketertarikan dan penolakan menurut kata hati.
b.
Nilai selalu berfungsi
secara potensial, tetapi tidak selalu bermakna apabila diverbalisasi.
c.
Apabila hal itu berkenaan
dengan budaya, nilai diungkapkan dengan cara unik oleh individu atau kelompok.
d. Karena
kehendak tertentu dapat bernilai atau tidak, maka perlu diyakini bahwa pada dasarnya disamakan (aquated) dari pada diinginkan, ia didefenisikan berdasarkan keperluan system kepribadian
dan sosiol budaya untuk mencapai keteraturan dan menghargai orang lain dalam kehidupan social.
e. Pilihan diantara nilai-nilai alternative dibuat dalam konteks
ketersediaan tujuan antara (means) dan
tujuan akhir (ends)
f.
Nilai itu ada, ia merupakan
fakta alam, manusia, budaya, dan pada saat yang sama ia adalah norma-norma yang telah disadari.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai itu adalah sesuatu hal yang bersifat abstrak, seperti penilaian baik atau buruknya sesuatu, penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam bertindak atau berbuat sesuatu hal dalam kehidupan sosial.
d. Tujuan Pengembangan
Pengembangan diri merupakan proses yang utuh dari awal keputusan sampai puncak sukses dalam mencapai kemandirian serta menuju pada aktualisasi diri. Perubahan dan perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana dia hidup.
Menurut Amri (2013), tujuan kegiatan pengembangan diri bagi individu adalah sebagai berikut:
a. Tujuan umum
Pengembangan diri secara umum bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebutuhan peserta didik dan pembelajaran,
potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi sekolah atau madrasah.
b. Tujuan khusus
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi maupun kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah dan juga kemandirian
Fungsi dilaksanakannya kegiatan pengembangan diri adalah mengembangkan potensi peserta didik dalam mengasah kemampuan serta kompetensinya yang merujuk pada minat, bakat, serta kemampuan sikap peserta didik dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Pendeknya, kegiatan pengembangan diri memacu peserta didik untuk menjadi lebih terampil dalam mengasah keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kecenderungan kompetensi yang telah ada pada dirinya.
e. Manfaat Pengembangan
Belajar mengembangkan diri di usia muda merupakan waktu yang sangat tepat, karena di usia inilah kita harus berfokus dalam menentukan karakter seperti apa yang akan kita gunakan di masa depan.
Akan ada banyak kemungkinan-kemungkinan yang akan datang dikemudian hari yang menghalangi tujuan dari hidup seseorang, oleh karena itu mengembangkan potensi diri di usia muda akan mempermudah kita pada nantinya dalam meraih tujuan-tujuan tersebut.
Lantas manfaat apa saja yang didapatkan pada saat kita memulai
mengembangkan diri di usia muda:
Dapat Mengenal Diri Lebih Dalam
Mencoba mengenal diri merupakan salah satu kunci utama dalam mengembangkan diri. Dimana jika kita tidak mengenal diri sendiri, maka akan sangat tidak mungkin kita bisa mencoba meningkatkan kualitas diri kita.
Dengan mengenal diri sendiri, maka kita akan mengetahui hal apa saja yang bisa membuat diri kita puas. Mulai dari hubungan antar manusia, kondisi kehidupan, dan kondisi pekerjaan yang dapat membuat kita senang.
Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan pada Diri
Seseorang yang mempelajari manfaat dari pengembangan diri tentunya mempunyai kemampuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada didalam dirinya. Dengan mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan yang ada, maka hal tersebut dapat membantu kita untuk mencoba memperbaiki pribadi yang kurang dari diri kita.
Coba untuk fokus pada kekuatan diri dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi kekurangan diri tersebut dengan hal yang positif. Dengan begitu, kita akan lebih percaya diri untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Memotivasi Diri
Motivasi pada dasarnya datang dari setiap diri manusia, namun motivasi tidak selalu datang di waktu yang tepat. Terkadang jika kita sedang mengalami kejenuhan pada diri kita, akan sangat sulit untuk mendapatkan motivasi bahkan kita sering menghiraukan perkataan orang-orang sekitar.
Tetapi jika kita fokus pada pengembangan diri, kita akan selalu memiliki kemauan saat melihat jalan. Artinya, meskipun dihadapkan pada situasi yang berat, kita akan tetap menghadapinya jika memang hanya jalan itu yang akan membuatmu lebih berkembang.
Memiliki Jenjang Kehidupan yang Baik
Saat seseorang menjadi pribadi dengan keterampilan dan kemampuan yang lebih baik, itu artinya kesempatan kita untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik akan semakin besar dan baik untuk pengembangan diri kita sendiri.
Dengan melatih diri untuk memiliki keterampilan yang baik maka seseorang akan mendapatkan kesempatan pekerjaan yang baik dan jabatan yang tinggi. Bahkan mendapatkan penghasilan yang tinggi pun menjadi kemungkinan yang terjadi.
Memiliki Koneksi Terhadap Orang Lain
Dilain itu semua, pengembangan diri tidak hanya tentang bagaimana cara kita meningkatkan kualitas yang ada pada diri kita namun pengembangan diri juga dapat dikaitkan kepada sikap dan kepribadian saat berhubungan dengan orang lain.
f. Fungsi Pengembangan
Fungsi dilaksanakannya kegiatan pengembangan diri adalah mengembangkan potensi peserta didik dalam mengasah kemampuan serta kompetensinya yang merujuk pada minat, bakat, serta kemampuan sikap peserta didik dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Pendeknya, kegiatan pengembangan diri memacu peserta didik untuk menjadi lebih terampil dalam mengasah keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kecenderungan kompetensi yang telah ada pada dirinya.
g. Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan dalam Pengembangan
Pengembangan diri merupakan proses yang utuh dari awal keputusan
sampai puncak sukses dalam mencapai kemandirian serta menuju pada aktualisasi diri. Perubahan dan perkembangan bertujuan untuk
memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana dia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri atau biasa disebut aktualisasi diri adalah sangat penting30 Salah satu usaha remaja untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mencoba berbagai peran, mengharapkan ia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ideology dan minatnya yang merupakan arah untuk mengembangkan diri. Hal ini dapat diartikan bahwa masa remaja merupakan masa yang potensial untuk pengembangan diri.31 Yang mana apabila pada masa remaja, individu tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri dan menyesuaikan diri, terhadap tugas perkembangannya maka ia akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan dirinya. Setiap individu dalm pengembangan dirinya tidak terlepas dari berbagai faktor, baik intern maupun ekstern. Dimana masing-masing individu berbeda dalam pengembangan dirinya.
Faktor Pendorong program Pengembangan diri siswa yaitu : a. Faktor Lingkungan rumah Merupakan lingkungan pertama yang berperan dalam pengembangan induvidu. Karena memang keluargalah pencetak induvidu nantinya terbentuk lingkungan yang luas yaitu adanya masyarakat, keadaan rumah yang sederhana,bersih,rapi dimana anak mendapatkan makanan yang sehat dan anggota keluarga yang bersifat mendukung, sehingga akan memberi rasa aman kepada anakk, hal itulah yang akan mendukung perkembangan diri, yang harmonis dan wajar. Selain itu juga perlu adanya pengalaman yang baik dari orang tua, sehingga akan menjadi acuan bagi pengembangan anak b. Faktor Lingkungan sekolah Sekolah merupakan lembaga formal yang mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan pengembangan anak. Dal hal ini, maka seorang guru harus menyadari benar
akan tanggung jawabnya, bahkan perkembangan anak juga terletak di tangannya. Oleh karena itu guru harus dapat membawa anak didiknya pada perkembangannya, sesuai dengan perannya33 c. Faktor Lingkungan social Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi pembentukan karakter dan sikap siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, anak jalanan dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi karakter dari siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman brgaul yang baik, teman yang bisa ijaikan suri teladan yang baik, teman diskusi atau teman untuk berbagi pengalaman masing- masing.
Mengembangkan potensi diri itu tidaklah mudah. Karena banyaknya factor penghambat untuk mengembangkannya, namun tidak juga mustahil. Seorang siswa akan terbiasa melakukan kemudahan jika di lingkungan keluarga sudah terlatih untukmandiri dan bisa menyesuaikan keadaan dan akan terbiasa untuk mengembangkan bakat dann potensinya di sekolah.
h. Pedoman Pembelajaran Pengembangan
Sebagaimana telah dikemukakan penulis sebelumnya bahwa pengembangan pendidikan agama Islam pada sekolah yang mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pengembangan pembelajaran diarahkan pada pendekatan pembelajaran. mengapa harus pada pendekatan pembelajarannya? sebab pendekatan pembelajaran merupakan proses memilih dan menyusun kegiatan pembelajaran dalam suatu unit pembelajaran, seperti urutan , sifat materi, ruang lingkup materi metode, dan media yang paling sesuai untuk mencapai kompetensi pembelajaran. Pendekatan pembelajaran banyak macamnya,
antara lain pendekatan konsep, pendekatan ekspositori, pendekatan heuristik, pendekatan tematik, pendekatan multikultural, pendekatan kecerdasan dan pendekatan kontekstual, dan lain sebagainya.
Dalam pengembangan pembelajaran penulis merekomendasikan pendekatan pembelajaran kontektual (Contextual Teacing and Learning/CTL). Mengapa pendekatan kontekstual ini jadi pilihan?, karena kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak belajar lebih baik jika lingkungannya diciptakan secara ilmiah. Belajar akan bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajarinya dengan nyata, dalam arti bukan hanya mengetahui. Maka CTL berorientasi pada target penguasaan materi dalam bentuk kompetensi baik untuk pemecahan masalah jangka panjang maupun jangka pendek. Pembelajaran kontekstual sebenarnya bukan merupakan pendekatan yang sama sekali baru. Dasar pembelajaran kontekstual sudah dikembangkan oleh John Dewey sejak tahun 1916. Pendekatan ini kemudian digali kembali, dikembangkan lagi, dan dipopulerkan oleh The Washington State Concorcium for Contextual Teaching and Learning dengan melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari- hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yakni : kontruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menyelidiki (inquiry), masyaraka belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment).
Pembelajaran dikatakan mengunakan pendekatan kontekstual jika materi pembelajaran tidak hanya tekstual melainkan dikaitkan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa di lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar, dan dunia kerja, dengan melibatkan ketujuh komponen utama tersebut sehinggga pembelajaran menjadi bermaknabagi siswa. Model pembelajaran apa saja sepanjang memenuhi persyaratan tersebut dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual dapat diterapakan dalam kelas besar maupun kelas kecil, namun akan lebih mudah organisasinya jika diterapkan dalam kelas kecil. Penerapan pembelajaran kontekstual dalam kurikulum berbasis kompetensi sangat sesuai.
i. Penilaian Pembelajaran Pengembangan Sikap dan Nilai
Sikap terbentuk melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman seseorang, dan bukan faktor bawaan (faktor intern) seseorang, serta tergantung obyek tertentu (Jalaluddin, 1996:187). Dengan demikian sikap terbentuk oleh adanya interaksi sosial yang di alami oleh individu. Menurut Darmiyati Zuchdi (1995: 57) bahwa dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya. Azwar (1998: 30-38) menyebutkan berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap itu antara lain yaitu; pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggab penting, media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri individu.
Menurut pandangan psikologi, sikap mengadung unsur penilaian dan reaksi afektif, sehingga menghasilkan motif. Menurut Mar’at (Jalaluddin, 1996: 189), menyatakan bahwa motif menentukan tingkah laku nyata (overt behaviour) sedangkan reaksi afektif bersifat tertutup (covert). Motif sebagai daya pendorong arah sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah- laku nyata pada diri seseorang atau kelompok. Sedangkan motif dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dapat diperkuat oleh komponen afeksi. Motif demikian biasanya akan menjadi lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan berperan sebagai central attitude (penentu sikap) yang akhirnya akan membentuk predisposisi. Proses ini terjadi dalam diri seseorang terutama pada tingkat usia dini. Predisposisi menurut Mar’at (Jalaluddin, 1996: 189) merupakan sesuatu yang telah dimiliki seseorang semenjak kecil sebagai hasil pembentukan dirinya sendiri.
Dalam hubungan ini tergambar bagaimana hubungan pembentukan sikap sehingga menghasilkan pola tingkah laku tertentu. Dengan demikian pembelajaran nilai-nilai moral kepada anak sejak dini usia bagaimananpun akan berpengaruh dalam membentuk kesadaran dan pengalaman moral pada diri anak, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada sikap dan pola tingkah laku anak dalam kehidupan selanjutnya.
3. Pembelajaran PAI
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, mememahami, mengimani, bertakwa, berakhalak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber
utamanya kitab suci al-Quran dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. 2 Jadi, pembelajaran PAI adalah proses interaktif yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan meyakini, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidik tidak saja dituntut menguasai materi pelajaran, strategi, dan metode mengajar, menggunakan media atau alat pembelajaran.Tetapi pendidik juga harus menciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar bisa berjalan dengan baik sesuai perencanaan dan mencapai tujuan sesuai yang dikehendaki. Dalam proses pembelajaran pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, pendidik harus selalu menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan pendidikan dan menjalankan tugasnya di dalam kelas dengan maksimal sehingga tercapai pembelajaran yang efektif.
Proses pembelajaran yang efektifmemungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Namun kenyataannya masih banyak yang menganggap bahwa proses pembelajaran khususnya mata pelajaran pendidikan agama Islam dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang menarik dan bahkan banyak yang menyepelekannya. Hal itu dapat dipengaruhi dari beberapa faktor misalnya dari sistem pendidikan yang minim akan materi adab dan sifat-sifat ketuhanan, kurang tepatnya pendidik dalam memilih strategi dan penggunaan metode, pembawaan gaya mengajar pendidik yang monoton, serta kurangnya penguasaan keilmuan pendidik dalam hal teori dan praktik keagamaan. Para pendidik dengan ilmunya bukan hanya mampu memberikan gambaran dan pemahaman keagamaan yang luas kepada anak didiknya, tetapi juga dapat mempraktikan keilmuan yang dikuasainya dalam prilaku kesehariannya.
b. Tujuan Belajar Pendidikan Agama Islam
Dalam Islam, “tujuan” memiliki posisi yang penting. Hal ini terlihat dalam pelafalan niat untuk semua perbuatan manusia terlebih dalam hal ibadah. Niat berarti merencanakan sesuatu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.[23] Sehingga yang menjadi komponen penting dalam aktivitas manusia harus mempunyai tujuan, yakni tujuan pendidikan. Sutari Imam Barnadib (1996:15) berpendapat bahwa tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak bagi tersusunnya pengertian pendidikan secara sistematis yang memungkinkan adanya proses pendidikan yang berasas dan fungsional.[24] Sehingga tujuan pendidikan merupakan nilai-nilai yang ingin dicapai dan dinternalisasikan pada peserta didik (Brucher, 1962: 52). Dan tujuan pendidikan menjadi masalah yang asasi inti dan saripati dari selurûh proses pendidikan dan berfungsi sebagai petunjuk yang mengarahkan proses pendidikan, memotivasi dan memberi kriteria ukuran dalam evaluasi pendidikan.
Tujuan pendidikan menjadi komponen pendidikan yang harus dirumuskan terlebih dahulu sebelum merumuskan komponen-komponen pendidikan yang lain. Tujuan dapat membatasi gerak usaha agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan dan yang terpenting adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi terhadap usaha-usaha pendidikan. Jika menelaah kajian tentang tujuan pendidikan, setidaknya ada tiga pendekatan yang bisa digunakan. Pertama, pendekatan ilmu pendidikan. Kedua, pendekatan kebijakan negara. Dan ketiga, adalah pendekatan agama (Islâm).[25]
Kebijakan Negara di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para pakar/ulama berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Ibn Khaldun yang dikutip Ramayulis (1994: 25) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam ada dua, yaitu (a) Tujuan keagamaan; maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui Tuhannya dan telah menemukan hak-hak Allah yang diwajibkan keatasnya,
(b) Tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.[26]
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Adapun ruang lingkup Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Al-Qur’an dan Hadits 2. Aqidah 3. Akhlak 4. Fiqih 5.Tarikh dan Kebudayaan Islam.
d. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Mind Mapping
Dalam sebuah pandangan lama, bahwa mengajar bagi guru bukan semata persoalan menceritakan materi pelajaran dan belajar bagi peserta didik bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak peserta didik. Belajar mengajar yang sesungguhnya adalah mengupayakan agar belajar yang dilakukan di kelas antara guru dan peserta didik berjalan secara optimal dan harus memerlukan keterlibatan mental serta kerja aktif peserta didik itu sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng, akan tetapi yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif, agar pengetahuan dan pemahaman menjadi lebih bermakna dan dapat diingat lebih lama.
Untuk menunjang keberhasilan tujuan tersebut, maka pada pertemuan
awal Tahun Ajaran 2022/2023 khususnya
mapel Penddidikan Agama Islam Melalui
model pembelajaran Discovery
Learning dengan menggunakan pendekatan Scientific Learning dipadukan dengan metode diskusi dan penugasan peserta
didik diharapkan mampu menjelaskan makna isi
kandungan Q.S. al- Furqan/25:63 dan
Q.S. al- Isra’/17:27 serta hadis rendah hati, hemat dan hidup sederhana
dengan menerapkan strategi
Mind Mapping.
Pemilihan strategi pembelajaran tidak terlepas dari kurikulum yang digunakan dan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik terutama terkait dengan pengalaman awal dan pengetahuan peserta didik, minat peserta didik, gaya belajar peserta didik, dan perkembangan peserta didik yang dapat menunjukkan hasil yang positif, karena dalam mind mapping peserta didik selama pembelajaran diberikan kesempatan dalam memecahkan masalah yang
diberikan, peserta didik juga dapat mengembangkan kreativitas melalui merancang peta pikiran dari materi pelajaran yang telah dibahas.
Peserta didik tidak lagi disulitkan dengan mencatat keseluruhan pembahasan pembelajaran, peserta didik hanya mencatat kata kunci kemudian merancang peta pikirannya dengan begitu peserta didik lebih mudah mengingat dan memahami pembelajaran. Mind Mapping (peta pikiran) adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan peserta didik mengingat banyak informasi.
Adapun langkah-langkah dalam penggunaan mind mapping adalah sebagai berikut:
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
2.
Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh peserta didik dan sebaiknya yang mempunyai alternatif jawaban.
3.
Bentuk kelompok yang anggotanya 6-7 orang.
4.
Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
5.
Tiap kelompok (atau diacak
kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dengan
guru mencatat di papan tulis dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
6.
Peserta didik membuat peta pikiran atau diagram berdasarkan alternatif jawaban yang telah didiskusikan.
7.
Beberapa peserta
didik diberikan kesempatan untuk menjelaskan ide pemetaan konsep berfikirnya.
8.
Peserta didik dibuat untuk membuat kesimpulan dan guru memberi
perbandingan sesuai konsep
yang diinginkan.
Dengan diterapkannya strategi Mind Mapping secara tidak langsung akan
mempengaruhi hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, karena peserta didik lebih mudah memahami isi materi tersebut. Hasil belajar tidak hanya dilihat dari segi kognitifnya saja melainkan segi psikomotornya juga. Dengan strategi pembelajaran ini peserta didik dapat memenuhi hasil belajar dalam segi psikomotornya yakni dengan aktif dalam proses belajar mengajarnya dan kecapakan dalam memahami isi materi tersebut.
4. Karakteristik Siswa Kelas VI SD
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang yang lain. Karakteristik dimiliki oleh setiap individu yang membedakannnya dengan individu lain. Lingkungan, keluarga, pergaulan, dan usia merupakan beberapa aspek yang dapat mempengaruhi karakteristik seseorang. Usia siswa SD yang 41 berkisar antar 7-12 juga menjadikan siswa-siswa tersebut mempunyai suatu karakteristik tertentu. Syaiful Bahri Djamarah 2008: 123 menyatakan bahwa: Masa usia sekolah adalah masa matang untuk sekolah. disebut masa sekolah karena anak sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya. Disebut masa matang untuk belajar karena anak sudah berusaha untuk mencapai sesuatu tetapi perkembangan aktivitas bermain yang hanya bertujuan untuk mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan aktivitas itu sendiri.
Disebut masa matang untuk bersekolah karena anak sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru, yang dapat diberikan oleh sekolah. Kelas VI digolongkan dalam kelas tinggi di Sekolah Dasar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Rita Eka Izzaty 2008: 116 masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar berlangsung antara usia 9-10 tahun dan 12-13 tahun, biasanya
mereka duduk dikelas 4, 5 atau 6. Siswa pada fase kelas tinggi mempunyai 5 sifat khas, yaitu: 1 Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, 2 ingin tahu, ingin belajar, dan realistis, 3 timbul minat kepada pelajaran- pelajaran khusus, 4 anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya disekolah, 5 anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Anak kelas VI SD sebagian besar berusia sekitar 10-12 tahun. Nandang Budiman 2006: 44-45 menggolongkan anak berusia 10 hingga 12 tahun kedalam perkembangan kognitif periode operasional konkret yang bercirikan anak mempunyai pemikiran yang reversible dapat dipahami dalam dua arah, mulai mengkonservasi pemikiran tertentu, adaptasi gambaran yang menyeluruh, melihat suatu objek dari berbagai sudut pandang, mampu melakukan seriasi kekekalan, dan berpikir kausalitas penyebab terjadi suatu kejadian.
Perkembangan bermain kognitif anak usia 6-12 tahun termasuk dalam tahap permainan dengan peraturan games with rules , sehingga dalam kegiatan ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi aturan permainan, peraturan dapat diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat dalam permainan asalkan tidak terlalu menyimpang jauh dari aturan umumnya Andang Ismail, 2006: 42. Misalnya bermain kasti, galak asin, atau gobak sodor, ular tangga, monopoli, kartu, bermain, bermain tali dan semacamnya
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran saat ini menuntut guru untuk kreatif dan inovatif. Mutu pendidikan semakin diperhitungkan dalam inovasi sistem pendidikan di Indonesia, akan tetapi guru dalam menyampaikan proses pembelajaran
kadang melupakan peran serta siswa dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran tidak jarang ditemukan masalah-masalah di dalam kelas. Dalam pembelajaran tematik, guru tidak mengemas pembelajaran di kelas rendah dengan pembelajaran tematik. Guru masih melaksanakan pembelajaran di kelas rendah dengan mata pelajaran. Tentunya hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan usia siswa, sehingga menyebabkan proses dan hasil pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah yang dikemukakan di atas, dipilih lah model pembelajara Inside Out Side Circle dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan pembelajaran Inside Outside Circle, pembelajaran dilakukan dengan proses permainan. Sesuai dengan usia anak, maka pembelajaran ini cocok diterapkan di kelas rendah.
Dalam proses penerapan model pembelajaran Inside Outside Circle, separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran dalam dan separuhnya lagi membentuk lingkaran luar. Dalam posisi siswa saling berhadapan. Kemudian siswa saling memberi informasi dengan pasangannya, setelah memberi informasi, siswa pada lingkaran luar berputar sehingga siswa mempunyai pasangan baru dengan lingkaran dalam. Siswa memulai bertukar informasi lagi dan seperti itulah proses seterusnya. Dalam proses pembelajaran yang telah diuraikan, tergambar bahwa aktivitas belajar siswa sangat diutamakan. Siswa seluruhnya aktif dalam pembelajaran. Maka dari itu, dengan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PAI kelas VI SDN 1 Kedungjaya.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terdapat pengaruh model
pembelajaran Indside Outside Circle terhadap aktivitas belajar siswa. Dengan kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa langkah dari guru yang melaksanakan model pembelajaran dengan baik dalam aktiviatas belajar siswa sehingga dapat mencapi hasil yang maksimal.
Dengan uraian di atas maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambaran kerangka pikir dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
Gambar 1 : Kerangka Pikiran
Sedangkan paradiga penelitian yang digunakan peneliti dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Paradigma penelitia
Keterangan :
X = Model Pembelajaran
Y = Aktivitas Belajar
= Pengaruh
C. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk peneltiain selanjutnya di samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dapat memposisikan penelitian serta menujukkan orsinalitas dari penelitian. Pada bagaian ini peneliti mencamtumkan berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan.
Berikut merupakan penelitian terdahulu yang masih terkait dengan tema yang penulis kaji. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Royani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Dinamika Sosial Pasar Tradisional Onan Sipahutar Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara (Fungsi Sosial Pasar Tradisional dalam Kehidupan Masyarakat)”. Jenis penelitian ini merupakan deskriptif, dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori fungsi pasar. Hasil dari penelitian ini adalah pasar tradisional sipahutar tidak hanya menjalankan fungsi ekonomi, tetapi juga fungsi social, fungsi politik dan fungsi budaya. Keberadaan pasar tradisional Sipahutar sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa yang ada di sekitar Sipahutar untuk itu keberadaan pasar perlu ditingkatkan dan dipertahankan. Pasar sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat Sipahutar yang dijadikan sebagai tempat ngobrol, cari 13 pacar,
buang suntuk/stress, sebagai tempat rekreasi dan sebagainya. Eksistensi pasar tradisional melekat pada masyarakat Sipahutar, ini dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial yang terjalin diantara para aktor pasar. Para aktor pasar tidak hanya mengadakan hubungan sosial di pasar aja tetapi diluar pasarpun hubugan sosial ini berlanjut.
Keberadaan pasar tradisional Sipahutar ini juga membawa dampak bagi masyarakat Sipahutar, yakni: meningkatkan perdagangan di Desa ini dan terjadinya perubahan dalam bahasa dan gaya hidup masyarakat Sipahutar. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Objek yang diteliti adalah sama-sama pasar tradisional 2. Jenis dan metode pendekatan penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Subjek dalam penelitian sebelumnya adalah pasar tradisional Onan Sipahutar sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi objeknya adalah pasar tradisional Maron 2. Teori yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah fungsi pasar, sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori optimasi. 3. Fokus dalam penelitian sebelumnya adalah fungsi pasar dalam kehidupan masyarakat, sedangkan pada penelitian ini fokus penelitiannya adalah implementasi kebijakan perubahan tata ruang pasar tradisional.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, dapat diajukan hipotesis penelitian ini, yaitu penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan pengembangan sikap dan nilai siswa kelas VI SDN 1 Kedungjaya.
E. Definisi Operasional Variabel
1.
Metode mind mapping (peta pikiran) menggunakan garis, lambang, kata- kata, serta gambar yang dapat digunakan
oleh siswa untuk menuangkan ide- ide
atau gagasan-gagasan, mencatat pelajaran, atau
merencanakan secara lisan maupun tulisan materi pelajaran atau rencana kegiatan
sehingga informasi dapat tersampaikan dengan
runtut dan jelas.
2.
Keterampilan bercerita
merupakan bagian dari keterampilan berbicara yang terdiri dari unsur apa yang diceritakan, siapa yang
bercerita, dan siapa yang mendengarkan cerita. Aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas bercerita seseorang antara lain
diuraikan dalam aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Yang tergolong dalam aspek kebahasaan yaitu struktur
kalimat, tekanan, ucapan dan kosa kata. Sedangkan dalam aspek non kebahasaan
yaitu keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaan topik.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah kerangka metode dan teknik penelitian yang dipilih oleh seorang peneliti. Desainnya memungkinkan para peneliti untuk mengasah metode penelitian yang cocok untuk materi pelajaran dan mengatur studi mereka untuk sukses. Desain topik penelitian menjelaskan jenis penelitian (eksperimental, penelitian survei, korelasional, semi-eksperimental, review) dan sub-jenisnya (desain eksperimental, masalah penelitian, studi kasus deskriptif).
Ada tiga jenis utama desain untuk penelitian: pengumpulan data, pengukuran, dan analisis.
Jenis masalah penelitian yang dihadapi organisasi akan menentukan desain penelitian dan bukan sebaliknya. Fase desain studi menentukan alat mana yang akan digunakan dan bagaimana alat itu digunakan.
Penelitian yang berdampak biasanya menciptakan bias minimum dalam data dan meningkatkan kepercayaan pada keakuratan data yang dikumpulkan. Sebuah desain yang menghasilkan margin kesalahan paling kecil dalam penelitian eksperimental umumnya dianggap sebagai hasil yang diinginkan. Elemen penting adalah:
1. Pernyataan tujuan
yang akurat
2.
Teknik yang akan diterapkan untuk
mengumpulkan dan menganalisis penelitian
3.
Metode yang diterapkan untuk menganalisis detail
yang dikumpulkan
4.
Jenis metodologi penelitian
5.
Kemungkinan
keberatan untuk penelitian
6.
Pengaturan
untuk studi penelitian
7.
44
Linimasa
8.
Pengukuran
analisis
Desain penelitian yang tepat membuat studi Anda sukses. Studi penelitian yang berhasil memberikan wawasan yang akurat dan tidak bias. Anda harus membuat survei yang memenuhi semua karakteristik utama sebuah desain. Ada empat karakteristik utama:
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung).
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independent variable) atau variabel X adalah variabel yang dipandang sebagai penyebab munculnya variabel terikat yang diduga sebagai akibatnya. Sedangkan variabel terikat (dependent variable) atau variabel Y adalah variabel (akibat) yang dipradugakan, yang bervariasi mengikuti perubahan dari variabel-variabel bebas. Umumnya merupakan kondisi yang ingin kita ungkapkan dan jelaskan (Kerlinger, 1992:58-59).
1. Variabel Bebas (Independent) : Positive
Deviancen (X)
2. Variabel Tergantung
(Dependent ) : Perkembangan Kognitif Anak
Berkebutuhan Khusus (Y)
Penelitian ini mengukur tiga kelompok variabel laten
terhadap intensi pembelian produk luxury original maupun tiruan, yaitu: “Past Behavior” yang terdiri atas “Past Purchases of Counterfeits” dan “Past Purchases of Originals”; “Attitudes toward Buying Counterfeits” yang dibagi berdasarkan “by Economic” dan “by Hedonic”; serta “Individual Characteristics” yang
terbagi menjadi“Materialism”, “Perception of
Future Social Status”, dan “Self-Image”.
Past Behavior
Peran dari perilaku masa lalu telah menjadi suatu pembicaraan dalam area
hubungan sikap dan perilaku (Eagly dan Chaiken, 1993 dalam Verplanken dan Orbell, 2003). Hasil penelitian yang konsisten4m5enunjukkan bahwa frekuensi dari perilaku masa
lalu mampu memprediksi perilaku masa depan lebih baik dibandingkan faktor penentu perilaku seperti sikap ataupun intensi (Ouellette dan Wood,1998; Sutton, 1994; dalam Verplanken dan Orbell, 2003). Selain itu, perilaku masa lalu menunjukkan pengaruh terhadap perilaku walaupun saat intensi untuk melakukan perilaku tersebut konstan (Granberg dan Holmberg, 1990). Perilaku masa lalu juga diketahui mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perilaku saat ini (Triandis, 1977 dalam Granberg dan Holmberg, 1990).
Past Purchases of Counterfeits
Konsumen menggunakan produk tiruan untuk menggantikan keinginan untuk mempunyai produk desainer yang bernilai yang dapat membantu mereka menciptakan identitas diri, untuk menyampaikan arti budaya yang berhubungan, dan untuk mengesankan orang lain (Hoe et al, 2003 dalam Eisend dan Schuchert- Güler, 2006). Berkaitan dengan intensi pembelian di masa depan, secara jelas diketahui bahwa pengalaman dalam pembelian produk tiruan meningkatkan perilaku untuk membeli produk tiruan di kedepannya (Tom et al, 1998 dalam Eisend dan Schuchert-Güler, 2006). Penelitian ini diperkuat oleh penelitian lainnya bahwa sikap terhadap pembelian produk tiruan berhubungan dengan intensi pembelian untuk semua produk tiruan (Wee et al, 1995 dalam Eisend dan Schuchert-Güler, 2006) dari tahapan-tahapan tersebut, adalah sebagai berikut:
Past Purchases of Originals
Perbedaan kualitas yang diterima konsumen atas produk tiruan dan produk original menciptakan adanya penurunan atas intensi pembelian untuk semua jenis produk, seperti pakaian, aksesoris kulit, CD, software, jam tangan, dan parfum (Jenner dan Artun, 2005 dalam Eisend dan Schuchert-Güler, 2006). Penelitian lainnya menunjukkan bahwa konsumen lebih memilih untuk membeli produk original dibandingkan produk tiruan,
apapun pengalaman pembelian yang pernah ia lakukan. Selain itu, konsumen dari produk
46
original mencerminkan perbedaan intensi yang lebih besar untuk membeli produk
original dibandingkan produk tiruan (Yoo dan Leel, 2005 dalam Eisend dan Schuchert- Güler, 2006).
Attitudes toward Buying Counterfeits
Berdasarkan hasil penelitian Icek Ajzen dalam Theory of Planned Behavior (TPB), dapat
diketahui bahwa sikap merupakan salah satu faktor penentu terciptanya intensi. Sikap dalam pengertian TPB adalah “the degree to which a person has a
favorable or unfavorable evaluation
or appraisal of the behavior in question” (Ajzen, 1991). Oleh sebab itu, sikap positif dalam pembelian
produk tiruan dianggap berpengaruh positif terhadap intensi
pembelian produk tiruan,
sebaliknya, berpengaruh negatif
terhadap intensi pembelian
produk original. Dalam konteks pembelian produk tiruan, Yoo dan Lee membagi
motif seseorang melakukan
pembelian didasarkan oleh dua faktor yaitu manfaat ekonomis (economic
benefits) dan manfaat
hedonik (hedonic benefits).
Attitudes toward Buying Counterfeits by Economic Benefits
Alasan paling utama bagi seseorang saat melakukan pembelian produk tiruan adalah harga dari produk tersebut yang lebih murah dibandingkan produk original. Selain itu, produk tiruan juga dikenal mudah didapat serta banyak tersedia (Gentryet al, 2001 dalam Furnhan dan Valgeirsson, 2007). Pemilik dari merek ternama original telah melakukan investasi yang sangat besar untuk mendesain, memasarkan, dan membuat produk mereka, sedangkan produsen produk tiruan hanya menggunakan nama besar produk original tanpa mengeluarkan biaya untuk desain dan pemasaran (Furnham dan Valgeirsson, 2007).
Dengan menggunakan produk tiruan, konsumen juga dapat menikmati manfaat ekonomis dengan harga yang lebih murah dan merasakan nilai dari produk original (Albers-Miller, 1999 dalam Yoo dan Lee, 2009). Konsumen produk tiruan tidak
mempermasalahkan kualitas yang rendah ataupun material yang buruk sebab mereka
47
tidak merasa produk tiruan sebagai pilihan inferior saatmereka mempunyai keterbatasan
biaya dan menghargai adanya manfaat ekonomis dari produk tiruan (Dodge et al, 1996; Nia dan Zaichkowsky, 2000 dalam Yoo dan Lee, 2009).
Attitudes toward Buying Counterfeits by Hedonic Benefits
Suatu produk dapat dikategorikan sebagai produk hedonik saat produk tersebut mampu menciptakan kesenangan saat dikonsumsi dan tidak hanya sebagai produk yang dibutuhkan untuk keseharian (Maldonado dan Hume, 2005). Dalam manfaat hedonis, konsumen memandang bahwa produk tiruan tersebut mempunyai nama merek, label, dan juga berkarakteristik desain seperti logo, pola, dan aksesoris yang bernilai (Yoo dan Lee, 2009).
Dalam penelitian yang lain juga dikatakan kalau produk tiruan memang dibeli karena mereknya. Selain itu, produk tiruan menawarkan kesepakan yang masih dapat diterima dan memberikan nilai yang lebih rendah dengan harga yang lebih murah (Gentry et al, 2001 dalam Furnhan dan Valgeirsson, 2007). Saat konsumen lebih mementingkan manfaat hedonis dibandingkan kebutuhan akan fungsi produk semata, maka mereka akan lebih mudah menerima produk tiruan. Selanjutnya, mereka juga tidak begitu peduli terhadap rendanya kualitas produk.
Individual Characteristics
Dalam proses keputusan pembelian produk original
maupun tiruan, karakteristik individu konsumen
menjadi salah satu faktor penentu
yang dominan. Diantara
karakteristik individu yang ada, Yoo dan Lee menekankan pada 3
karakteristik yang mampu dijadikan
sebagai acuan atas kemungkinan perbedaan
intensi pembelian produk yang kerap timbul, yaitu dampak atas materialisme (the impact of materialism), persepsi akan status
sosial di masa datang (perception of
future social status), dan pandangan diri (self-image).
The Impact of Materialism
48
Salah satu faktor yang dapat memprediksikan keinginan atau ketidakinginan
seseorang untuk mencari dan membeli produk tiruan adalah nilai yang mereka tanamkan pada materialisme (Furnham dan
Valgeirsson, 2007). Materialisme adalah “The preoccupation with the pursuit of
material objects while neglecting mental and spiritual
aspects of life” (Reber, 1995 dalam Furnham
dan Valgeirsson, 2007). Pengertian
materialisme yang paling banyak
diterima adalah milik Belk serta milk Richins dan Dawson (Graham, 1999 dalam
Furnham dan Valgeirsson, 2007). Menurut Belk
(1995) materialisme terdiri dari 3 sifat yaitu possessiveness, nongenerosity and
envy, sedangkan Richins dan Dawsons (1992) menyatakan materialisme sebagai “acquisition centrality, acquisition as the
pursuit of happiness and possession-defined success”
(Furnham dan Valgeirsson, 2007). Tujuan utama dari kepemilikan material adalah untuk mengesankan orang lain
dibandingkan dengan diri sendiri (Yoo dan Lee,
2009).
Konsumen akan mempunyai penampilan yang mirip baik mereka menggunakan produk original maupun tiruan. Perbedaan yang muncul hanya konsumen produk original membeli produk tersebut untuk arti merek luxury yang sebenarnya, sedangkan konsumen produk tiruan hanya membeli nama besar produk original tanpa sungguh- sungguh membayar untuk produk tersebut (Penz dan Stöttinger, 2005 dalam Yoo dan Lee, 2009).
Perception of Future Social Status
Saat konsumen menginginkan status sosial mereka menjadi lebih tinggi, maka mereka akan menjadi kurang sensitif terhadap harga dan memilih produk original walaupun harganya bisa sepuluh kali lipat dibandingkan produk tiruannya (Yoo dan Lee, 2009). Oleh sebab itu, apa yang konsumen inginkan atas status sosial yang ingin ditampilkan maka akan tercermin atas jenis produk yang mereka gunakan. Pemakaian dari produk original ataupun luxury original menjadi salah satu cara untuk mengkomunikasikan status sosial dari4p9enggunanya.
Self-Image
Konsumen membeli sebuah produk yang mempunyai pandangan yang sesuai dengan dirinya untuk mengesankan orang lain (Yoo dan Lee, 2009). Para peneliti pemasaran telah menunjukkan bahwa konsumen membeli produk original, khususnya luxury, tidak hanya untuk mengesankan orang lain ataupun untuk meningkatkan status simbolik semata, namun juga untuk memuaskan diri sendiri (Tsai, 205; Vigneron dan Johnson, 1999 dalam Chua dan Zou, 2009). Pandangan diri atau self-image berhubungan dengan bagaimana kita dilihat oleh orang lain (Sirgy dan Danes, 1982 dalam Yoo dan Lee, 2009).
Hubungan resiprokal antara Purchase Intentions of Counterfeits dan
Purchase Intentions of Originals
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yoo dan Lee (2009), saling dilihat hubungan yang terjadi diantara intensi pembelian produk original dan tiruan. Secara keseluruhan, konsumen yang mempunyai pandangan positif terhadap produk original akan lebih merasa bahwa produk tiruan merupakan inferior, sedangkan sebaliknya, konsuman yang mempunyai pandangan positif terhadap produk tiruan tidak menganggap bahwa produk yang mereka beli tersebut merupakan inferior (Nia dan Zaichkowsky, 2000). Responden yang tidak mempunyi produk tiruan memiliki pandangan yang negatif terhadap produk tiruandan mempunyai pendapatan yang lebih tinggi (Nia dan Zaichkowsky, 2000).
Selanjutnya, walaupun produsen produk original menganggap produk tiruan menghancurkan kepercayaan konsumen atas merek produk mereka, ternyata kebanyakan konsumen lebih sadar akan kebutuhan kualitas dan karakteristik dari merek produk luxury original. Sedangkan, nyatanya adanya produk tiruan di pasar dikarenakan karena banyaknya konsumen yang berkeinginan untuk membeli produk tersebut, sebab tanpa adanya permintaan maka tidak akan ada ketersediaan produk tiruan di pasar (Nia dan Zaichkowsky, 19 Nopember 2022).
DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN
Definisi operasional adalah suatu defi5n0isi yang diberikan kepada suatu variabel dengan
cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Kegunaan definisi operasional dalam penelitian adalah untuk memberi batasan dan pengertian yang jelas tentang variabel sehingga tidak terjadi kesalah fahaman mengenai data yang akan dikumpulkan dan menghindari kesesatan alat pengumpulan data. Adapun definisi operasional dari peneltian ini antara lain:
1. Positive Deviance adalah suatu
pendekatan untuk mengubah perilaku dan sosial serta menerapkan solusi yang telah ada pada suatu kelompok masyarakat agar menjadi lebih baik.
(http://en.wikipedia.org/ (Positive Deviance From
Wikipedia, the free encyclopedia))
Perkembangan kognitif anak berkebutuhan khusus adalah kemampuan anak berkebutuhan khusus untuk berfikir, menerima, mengolah, dan menerapkan pengetahuan yang dipelajari. (Chaplin dalam Mohammad Asrori 2007: 7)
C. Populasi dan Sampel
Populasi siswa kelas VI SDN 1 Kedungjaya pada semester I (ganjil) Tahun Pelajaran 2023/2024 siswanya sebanyak 120 terdiri dari laki-laki sebanyak 53 siswa dan perempuan sebanyak 67 siswa.
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VI A SDN 1 Kedungjaya, pada semester I (ganjil) Tahun Pelajaran 2023/2024. Adapun jumlah siswa sebanyak 40 siswa, terdiri dari 19 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki. Sedangkan objek penelitian ini adalah pembelajaran pengembangan sikap dan nilai siswa pada materi Pendidikan Agama Islam.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dalam kelas VI pada semester I (ganjil) Tahun Pelajaran 2023/2024 di SDN 1 Kedungjaya. Alasandilaksanakannya penelitian di kelas VI adalah Masih banyak siswa yang s5al1ah atau kurang tepat dalam mempraktekkan
ibadah shalat, Rendahnya jumlah siswa yang hafal secara tepat bacaan-bacaan shalat wajib, Banyak siswa yang belum terbiasa dalam melaksanakan shalat wajib di sekolah, Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat, Kurangnya guru dalam menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan keterampilan ibadah shalat pada siswa kelas VI di SDN 1 Kedungjaya.
Kenyataan tersebut berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelum merumuskan masalah. Mata pelajaran yang diteliti adalah Pendidikan Agama Islam yang memfokuskan pada materi PAI dengan Kompetensi Dasarnya pengembangan sikap dan nilai.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2023 sampai Nopember 2023 dengan jadwal pada tabel berikut :
No |
Jenis Kegiatan |
Bulan |
|||||||||||||||
September 1 |
Oktober |
November |
Desember |
||||||||||||||
|
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Persiapan Penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Melaksanakn Penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Analisis Hasil |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Penyusunan Laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Seminar Hasil Penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Seluruh siswa kelas VI berasal dari daerah sekitar Desa Kedungjaya. Rata-rata umur siswa adalah 11-12 tahun. Di dalam proses pembelajaran siswa dibantu oleh seorang guru yang bernama Linda Irawati, S.Pd. sekaligus sebagai wali kelas VI (enam).
E. Model Penelitian
Model yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan model replika atas
penelitian sebelumnya yang berjudul “Buy Genuine
Luxury Fashion Products
or Counterfeits?” oleh
Boonghee Yoo dan Seung-Hee Lee. Jurnal yang mengangkat topik pembelian
produk fashion original mau5p2un tiruan ini terdapat di dalam Advances in
Consumer Research (Volume
36) yang diterbitkan pada tahun 2009. Berikut adalah
model penelitian yang direplikasi oleh peneliti:
Gambar 3.1 : Model Penelitian
Dalam prosesnya, tidak ada penyesuaian yang dilakukan berkaitan dengan model yang ada, sebab berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan tidak ada laten pendukung, hipotesis, ataupun hasil penelitian yang bertentangan dengan kondisi dimana peneliti melangsungkan penelitian. Sehingga, tidak ada perbedaan model penelitian pada jurnal acuan ataupun di dalam penelitian ini. Namun, untuk memperjelas kaitan antar variabel dengan pembagiannya, maka penulis melakukan penggambaran ulang atas model penelitian yang dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 3.2 : Modifikasi Model Penelitian
53
Dalam KBBI, rancangan bisa berarti rencana, program, ataupun desain. Jadi, rancangan penelitian bisa dikatakan sebagai rencana, program, maupun desain dalam melakukan penelitian, secara singkat bisa dibilang cetak biru dalam penelitian tersebut.
Rancangan ini adalah kerangka berpikir terkait dengan metodologi penelitian dan teknik pengambilan sampel yang dipilih oleh peneliti dalam melakukan penelitian tersebut. Artinya, peneliti menggabungkan berbagai komponen penelitian dengan cara logis sehingga masalah-masalah yang akan dihadapi dalam penelitian bisa ditangani secara efisien.
Ini adalah strategi keseluruhan untuk mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis data penelitian mulai dari awal sampai akhir. Rancangan penelitian biasanya sudah dibuat saat proposal penelitian dibuat agar peneliti dan pihak-pihak lain juga berkaitan tahu bagaimana penelitian ini akan dilakukan.
Dalam KBBI, rancangan bisa berarti rencana, program, ataupun desain. Jadi, rancangan penelitian bisa dikatakan sebagai rencana, program, maupun desain dalam melakukan penelitian, secara singkat bisa dibilang cetak biru dalam penelitian tersebut.
Rancangan ini adalah kerangka berpikir terkait dengan metodologi penelitian dan teknik pengambilan sampel yang dipilih oleh peneliti dalam melakukan penelitian tersebut. Artinya, peneliti menggabungkan berbagai komponen penelitian dengan cara logis sehingga masalah-masalah yang akan dihadapi dalam penelitian bisa ditangani secara efisien.
Ini adalah strategi keseluruhan untuk mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis data penelitian mulai dari awal sampai akhir. Rancangan penelitian biasanya sudah dibuat saat proposal penelitian dibuat agar peneliti dan pihak-pihak lain juga berkaitan tahu bagaimana penelitian ini akan dilakukan.
1.
Perencanaan
(Planning)
Pada tahap perencanaan, di5la4kukan studi pendahuluan tentang refleksi
pembelajaran PAI di SDN 1 Kedungjaya. Dari hasil studi pendahuluan diperoleh suatu permasalahan yaitu dalam proses pembelajaran siswa tidak memperhatikan guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga keterampilan bercerita siswa rendah. Siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru karena guru kurang kreatif dalam mengajak siswa untuk belajar. Guru tidak menggunakan suatu metode pembelajaran yang sesuai sehingga siswa merasa jenuh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan memilih aktivitas lain di dalam kelas. Siswa hanya menerima materi dari guru. Siswa tidak dilibatkan dalam prosespembelajaran sehingga siswa kurang aktif.
Setelah melakukan observasi, kemudian dilakukan kegiatan pratindakan yang akan menjadi dasar perencanaan pada pembelajaran siklus I. Peneliti bersama dengan guru kelas VI dalam tahap perencanaan ini dapat membuat sebuah perencanaan yaitu sebagai berikut:
a.
Permohonan
izin kepada Kepala Sekolah setempat dan guru kelas VI serta pihak- pihak yang
terkait untuk membantu dan
mengarahkan dalam prosespenelitian.
b.
Menentukan materi pembelajaran PAI yang akan diajarkan pada siswa yaitu pengembangan sikap dan nilai yang sesuai dengan indikator, yaitu mengembangkan sikap dan nilai.
c.
Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan kurikulum dan indikator
yang ingin dicapai.
d.
Menyiapkan alat-alat yang digunakan dan membuat mind map yang sesuai dengan materi.
e.
Menyusun lembar observasi, yang didalamnya berisi pengamatan proses pembelajaran yang seharusnya dilakukan
oleh guru dan siswa.
f. Menyusun lembar penilaian tes bercerita siswa sesuai buku referensi.
2. Pelaksanaan Tindakan
(Acting)
55
Dalam penelitian ini, tindakan dilakukan sesuai dengan panduan perencanaan
yang telah dibuat oleh guru kelas VI dan peneliti. Adapun perencanaan yang telah disusun adalah sebagai berikut:
a.
Siswa memahami sikap.
b.
Siswa menyebutkan tokoh-tokoh dalam pelaksanaan sholat.
c.
Siswa menyebutkan alur dalam pelaksanaan sholat.
d.
Siswa menuliskan amanat
dalam pelaksanaan sholat.
e.
Siswa membuat
ringkasan singkat berdasarkan pelaksanaan sholat yang disimaknya.
f.
Siswa membuat
mind mapping yang disertai dengan kata-kata
kunci berdasarkan pelaksanaan sholat.
g.
Siswa mempraktekan kembali
pelaksanaan sholat dengan
menggunakan mind map.
h.
Siswa menanggapi pelaksanaan sholat teman yang disampaikan secara lisan.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru melaksanakan pembelajaran menggunakan RPP yang telah dibuat. Peneliti dan kolaboratormengamati siswa pada saat proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan. Pada penelitian ini yang dijadikan tolak ukur pelaksanaan penelitian adalah metode pembelajaran, yaitu metode mind mapping untuk meningkatkan keterampilan bercerita PAI dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut:
a.
Siswa dapat membuat mind mapping berdasarkan pelaksanaan sholat yang telah
dipraktekan oleh guru.
b.
Siswa dapat memulai dari bagian tengah kertas yang kosong untuk gagasan sentral.
c.
Siswa dapat menggunakan gambar atau kata-kata sebagai ide sentral.
d.
Siswa dapat membuat cabang-cabang utama disertai dengan kata- kata kunci dan menghubungkan cabang-cabang utama ke cabang
tingkat dua dan tiga
seterusnya. 56
e.
Masing-masing siswa dapat mempraktekan dengan mind mapping yang
telah dibuatnya.
f.
Siswa dapat menanggapi praktek sholat yang dipraktekan oleh siswa yang lain.
3. Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini, peneliti dan guru kelas VI melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas, mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung, dan guru menjalankan proses pembelajaran sesuai desain pembelajaran berupa RPP yang telah disusun oleh guru dan peneliti.
4. Refleksi (Reflection)
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti bersama guru mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dicapai. Kemudian berdasarkan refleksi yang telah dilakukan, peneliti bersama guru menentukan hal-hal yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Hal tersebut dilakukan demi meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga tercapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penilaian. Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik. Teknikpenggumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dengan observasi guru dan siswa, tes, dan pemanfaatan data dokumen.
1. Observasi
Penelitian menggunakan observasi untuk memperoleh data. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala Likert.
2. Tes Pengembangan
Istilah tes diambil dari kata testum suatu oengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk me5n7yisihkan logma–logam mulia. Ada pula yang
mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah. Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul Mental Test and Measurement. Selanjutnya di Amerika Serikat tes ini dikembangkan dengan cepat sehingga dalam tempo yang tidak begitu lama masyarakat mulau menggunakannya.
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dujawab oleh peserta didikuntuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Dalam rumusan ini terdapat beberapa unsur penting. Pertama, tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara sistematis dan digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran. Kedua, di dalam tes terdapat berbagai pertanyaan atau pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta didik. Ketiga, tes digunakan untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta didik. Keempat, hasil tes peserta didik perlu diberi skor dan nilai, Tes dapat dibedakan atas beberapa jenis, dan pembagian jenis
– jenis ini dapat ditinjau dari berbagai sudut padang. Heaton (1988), misalnya, membagi tes menjadi empat bagian, yaitu tes prestasi belajar (avhievement test), tes penguasaan (proficiency test), tes bakat (aptitude tes), dan tes diagnotik (diagnotic test).
Untuk melengkapai pembagian jenis tes tersebut, Brown (2004) menambahkan satu jenis tes lagi yang disebut tes penempatan (placement test). dalam bidang psikologi, tes dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu : (1) tes intelegensi umum, yaitu tes untuk mengukur kemampuan umum seseorang, (2) tes kemampuan khusus, yaitu tes untuk mengukur kemampuan potensial dalam bidang tertentu, (3) tes prestasi hasil belajar, yaitu tes untuk mengukur kemampuan
aktual sebagai hasil belajar, dan (4) tes kepribadian, yaitu tes untuk mengukur
karakteristik pribadi seseorang. 58
Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan kemampuan sebagai bekal atas prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan, mengembangkan diri ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi mandiri (Iskandar Wiryokusumo dalam Afrilianasari ; 2014).
Pengembangan adalah suatu sistem pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat internal atau segala upaya untuk menciptakan kondisi degan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (Gagne dan Brings dalam Warsita, 2003: 266) Dari beberapa pendapat para ahli yang ada ditarik kesimpulan bahwa pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana dan terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat untuk meningkatkan dan mendukungserta meningkatkan kualitas sebagai upaya menciptakan mutu yang lebih baik.
H. Instrumen Penelitian
1. Jenis Instrumen
Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (Sugiyono, 2007: 148). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran 59
pengembangan sikap dan nilai di kelas VI SDN 1 Kedungjaya.
Dalam proses pembelajaran, aspek- aspek yang diamati saat proses pembelajaran bercerita adalah 1) keaktifan siswa; 2) perhatian dan konsentrasi siswa saat kegiatan pembelajaran; dan 3) motivasi siswa saat pembelajaran.
Tabel 1.
Pedoman Kisi-Kisi Observasi Pengembangan Sikap dan Nilai PAI denganMetode
Mind Map.
No |
Indikator |
Penyataan No |
1. |
Perhatian siswa
dalam mengikuti kegiatanpembelajaran |
1,2,4,5,15 |
2. |
Keaktifan siswa
dalam mengikuti kegiatanpembelajaran |
3,6,7,8,9,10,11 |
3. |
Motivasi siswa
dalam mengikuti kegiatanpembelajaran |
12,13,14 |
Adapun keterangan dari lembar pengamatan proses pembelajaranbercerita terlampir.
b. Lembar Penilaian
Tes Pengembangan
Penilaian tes bercerita siswa berdasarkan atas karakteristik siswa kelas VI SDN 1 Kedungjaya. Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur keterampilan bercerita siswa ini berdasarkan pada aspek kebahasaan dan non kebahasaan menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi (1998: 244) serta Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. (1991: 28) yang terdiri dari aspek kebahasaan yaitu: (1) tekanan; (2) ucapan; (3) kosa kata; dan
(4) struktur kalimat. Sedangkan aspek non kebahasaan terdiri dari aspek: (1) kelancaran; dan (2) keberanian. Pemilihan aspek-aspek tersebut menyesuaikan dengan permasalahan yang terdapat pada siswa kelas VI SDN 1 Kedungjaya. Berikut adalah table pedoman penilaian keterampilan bercerita melalui metode mind mapping.
Tabel 2. Pedoman Penilaian Keterampilan Bercerita SKI dengan
Metode Mind Map.
Aspek |
Indikator |
Skor maksimal |
Skor siswa |
60
Aspek kebahasaan |
1. Struktur kalimat 2.
Tekanan 3.
Ucapan 4.
Kosa kata |
20 10 15 10 |
|
Aspek non kebahasaan |
5. Keberanian 6.
Kelancaran 7.
Sikap 8.
Penguasaan topik |
10 10 10 10 |
|
|
Jumlah skor |
|
|
Adapun keterangan dari lembar penilaian keterampilan bercerita terlampir.
c.
Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh berdasarkan hal-hal yang berkaitan selama proses pengambilan dan pengumpulan data. Dokumentasi dapat berupa hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan selama proses pengambilan data. Dalam penelitian ini, hasil atau produk yangdihasilkan selama kegiatan pembelajaran adalah karya siswa berupa mind map yang membantu dalam pengembangan sikap dan nilai.
2. Validitas
Kepercayaan terhadap data hasil penelitian ini dilakukan dengan meningkatkan ketekunan dalam melakukan pengamatan. Dengan demikian, data yang diperoleh akan tercatat lebih cermat danberkesinambungan.
Pengujian validitas instumen juga dilakukan dengan konsultasi dosen. Pengambilan keputusan valid atau tidaknya lembar observasi, soal tes, dan pedoman penilaian berdasarkan kisi-kisi yang ditetapkan telahdisetujui oleh dosen.
I. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembaran observasi dalam proses pembelajaran, tes kemampuan bercerita, dan dokumentasi. Analisis data ini
kuan
61dilakukan dengan teknik analisis data titatif
dan kualitatif.
1. Analisis Data Kuantitatif
Penilaian hasil tes keterampilan bercerita diperoleh dari perhitungansebagai berikut.
Nilai siswa = skor yang diperolah siswa X 100.
skor maksimum
Pedoman/ standar yang dipakai dalam penentuan status ini(Suharsimi Arikunto, 2007: 245) adalah sebagai berikut:
80 – 100 = sangat baik
66 – 79 = baik
56 – 65 = cukup
40 – 55 = kurang
30 – 39 = sangat kurang
Sementara itu untuk penilaian hasil observasi tentang aktivitas pembelajaran oleh guru dan siswa yang telah dilaksanakandapat dianalisis menggunakan rumus :
Pencapaian = skor yang diperoleh siswa × 100%
skor maksimum
Kemudian data tersebut diinterpretasikan ke dalam empat tingkatan persentase, yaitu sebagai berikut :
a.
Kriteria sangat baik, apabila pencapaian nilai yang diperoleh siswa 81-100%.
b.
Kriteria baik, apabila
pencapaian nilai yang diperoleh siswa
61-80%.
c.
Kriteria cukup baik, apabila pencapaian nilai yang diperoleh
siswa 41-60%.
d.
Kriteria kurang baik, apabila pencapaian nilai yang diperoleh
siswa 21-40%.
Hasil perolehan hasil nilai tes bercerita dan hasil observasi, pada akhir
siklus dihitung nilai rata-rata (Mean) siswa. Berikut ini, rumus mencari rata-rata (mean) data tunggal menurut Soe6n2ardi Djiwandono (2008: 212) yaitu sebagai berikut:
∑𝑋
𝑋 =
𝑁
Keterangan:
X = Nilai rata-rata (mean) siswa
∑X = Jumlah dari nilai siswaN = Banyak siswa
Hasil rata-rata nilai pada akhir siklus I dibandingkan dengan siklus
II. Jika mengalami kenaikan maka diasumsikan bahwa penggunaan metode
mind map dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa.
2. Analisis Data Kualitatif
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Menurut Miles and Hubermen (Sugiyono, 2006: 247) mengemukakan aktivitas analisis data kualitatif yaitu dengan cara data reduction, data display, dan conclusion, yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan dicatat secara teliti dan rinci. Data observasi dalam penelitian ini terdiri dari observasi siswa dan guru. Observasi siswa difokuskan pada dua aspek, yakni pembuatan mind map dan bercerita berdasarkan mind map. Keterangan yang ada dalam lembar observasi siswa dikategorikan berdasarkan item-item pada aspek yang ada. Observasi guru difokuskan pada pelaksanaan proses pembelajaran.
Untuk pengamatan, berdasarkan RPP yang telah dirancang sebelumnya. Hasil tes bercerita akan mendukung data dari hasilobservasi.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, 6m3aka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data observasi disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan aspek yang
dinilai untuk siswa dan guru. Observasi siswa berdasarkan lembar penilaian yang telah dibuat sebelumnya dan untuk
observasi guru dengan mendeskripsikan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan berdasarkan pedoman RPP yang telah disusun.
Data keterampilan bercerita siswa, disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan hasil keterampilan bercerita siswa sebelum tindakan. Perbandingan tersebut kemudian dibuat tabel, dan selanjutnya dibuat grafik.
c. Conclusing
Drawing/verification
Dari hasil data yang disajikan, kemudian ditarik kesimpulan.
J. Kriteria Keberhasilan
Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini dinyatakan berhasil jika:
1.
Keberhasilan penelitian
tindakan ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Kegiatan
pembelajaran berlangsung lebih menyenangkan. Perhatian
siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran menjadi
lebih fokus, keaktifan
siswa menjadi lebih baik dan motivasi siswa menjadi lebih tinggi. Adapun kriteria keberhasilan proses pembelajaran adalah apabila ≥75% siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan baik.
2.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SDN 1 Kedungjaya pada mata pelajaran SKI adalah 75. Adapun kriteria
keberhasilan adalah jika rata-rata siswa memperoleh
nilai minimal 75. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 70% siswa mendapat
nilai ≥75.
Abdul
Azis, Pedoman Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum,(Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,2004)
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar
Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Masngut,
Ali. 2021. Al Musthofa Buku Pengayaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti. Karangkates Malang: cv.ALMAS
Nana Sudjana.
Dasar–dasar Proses
Mengajar.(Bandung:Sinar Baru, 2002)
Nasih,
Ahmad Munjin dan Lilik NurKholidah, Metode Dan Teknik Pembelajaran PAI, Bandung, Refika aditama, 2009
Rusman,
Model-Model
Pembelajaran, Jakarta, Raja Grafindo persada, 2010 Sukidin,dkk. 2002. Manajemen
Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Tohirin,
Psikologi
Pembelajaran pendidikan Agama Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006
Undang-Undang
RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: CitraUmbara,2009),
LK-11b: PENYUSUNAN INSTRUMEN PTK
No |
Alat Instrumen |
Jenis Instrumen |
Contoh instrumen |
1 |
Angket |
§ Daftar Cocok (Check list) § Skala (Scala) § Inventory (Inventory) |
§ …. |
2 |
Wawancara |
§ Pedomana Wawacara § Daftar Cocok (Check list) |
§ …. |
3 |
Pengamatan (Observasi) |
§ Lembar Pengamatan § Panduan Observasi § Daftar Cocok (Check list) |
§ …. |
4 |
Tes |
§ Soal Ujian § Inventory (Inventori) |
§ …. |
5 |
Dokumentasi |
§ Daftar Cocok (Check list) |
§ …. |
1. Contoh intrumen
Angket (Daftar Checklist)
Nama Siswa :
Nama Sekolah :
Petunjuk Pengisian :
1.
Pada angket ini terdapat
10 pertanyaan yang berkaitan dengan
materi asmaul husna (as- samad,
al-muqtadir, al-muqaddim, al-baqi).
2. Berilah tanda silang
(x) pada kolom yang sudah disediakan, sesuai dengan jawaban
Anda. Ada empat jawaban
pernyataan yang tersedia,
yaitu:
·
SS: Sangat Setuju
·
S: Setuju
·
TS: Tidak Setuju
·
STS: Sangat Tidak Setuju
Pilihlah jawaban dengan jujur dan tepat.
No. |
Indikator |
SS |
S |
TS |
STS |
1. |
Saya selalu
merasa senang setiap
belajar pelajaran Pendidikan agama dan budi pekerti |
|
|
|
|
2. |
Saya
merasa senang dalam
mempelajari materi pendidikanagama islam yang diberikan oleh guru |
|
|
|
|
3. |
Saya merasa
mudah dalam memahami asmaul husna (as-samad, al- muqtadir, al-muqadddim, al-baqi) |
|
|
|
|
4. |
Saya mudah memahami pesan-pesan yang terkandung dalam asmaul
husna (as-samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al-baqi) |
|
|
|
|
5. |
Saya selalu memperhatikan
saat guru memberikan contoh perilaku asmaul
husna (as-samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al-baqi) dengan benar. |
|
|
|
|
6. |
Saya sangat bersemangat
memperhatikan penjelasan guru tentang pesan-pesan yang terkandung dalam perilaku asmaul husna (as- samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al-baqi) |
|
|
|
|
7. |
Saya akan bertanya pada guru jika merasa belum
memahami materi asmaul
husna (as-samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al-
baqi) |
|
|
|
|
8. |
Saya bersemangat menghafalkan arti asmaul
husna (as-samad, al-
muqtadir, al-muqadddim, al-baqi) disekolah |
|
|
|
|
9. |
Saya akan berusaha terus
agar bisa hafal arti asmaul husna (as- samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al-baqi) dengan
bacaan yang baik. |
|
|
|
|
10. |
Saya akan
meluangkan waktu untuk mengulangi hafalan asmaul husna
(as-samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al-baqi) |
|
|
|
|
2. Wawancara
INSTRUMEN PENELITIAN
Panduan Wawancara untuk Siswa
Nama Sekolah : SDN 1 Kedungjaya
Alamat Sekolah : Jl. Sultan Ageng Tirtayasa
Nama Siswa : Aldo
Kelas VI
Hari/ tanggal wawancara : 11 oktober 2023
1.
Apakah dalam pembelajaran PAI materi asmaul husna (as-samad,
al-muqtadir, al- muqadddim, al-baqi) guru selalu menggunakan media?
2. Apakah kamu senang
jika dalam pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
menggunakan media?
3. Apa saja media Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yang pernah digunakan
untuk membantu menghafalkan
materi asmaul husna (as-samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al- baqi)?
4. Apakah kalian ikut aktif dalam menggunakan media yang diberikan
guru tentang materi
asmaul husna (as-samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al-baqi)?
5. Apakah guru kalian melakukan pembelajaran materi PAI asmaul
husna (as-samad, al- muqtadir, al-muqadddim, al-baqi) dengan metode
yang menyenangkan?
6. Kesulitan apa yang kalian temui pada saat menghafalkan asmaul husna (as-samad, al- muqtadir, al-muqadddim, al-baqi)?
7.
Media apa yang dapat membantu kalian untuk cepat menghafal asmaul husna (as-samad, al- muqtadir, al-muqadddim, al-baqi)?
8. Bagaiaman kalian bisa menghafal asmaul
husna (as-samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al- baqi)
dengan cepat?
9.
Apakah penjelasan guru dapat
membantu kalian memahami pesan dalam asmaul husna (as- samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al-baqi)?
10. Setelah menggunakan media apakah k6a7lian lebih memahami
pelajaran atau mengalami kesulitan?
3. Pengamatan (Observasi)
INSTRUMEN OBSERVASI SISWA
Nama Siswa : Aldo
Hari/Tanggal : 11 oktober 2023 Kelas : VI
Materi : Asmaul Husna (as-samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al-baqi)
No |
Aspek Pengamatan |
Ya |
Tidak |
Keterangan |
1 |
Membawa buku materi dan buku catatan Materi PAI. |
|
|
|
2 |
Memperhatikan penjelasan
guru tentang asmaul husna (as-samad, al-muqtadir, al-muqadddim, al- baqi). |
|
|
|
3 |
Mencatat
penjelasan guru materi asmaul husna (as-samad, al- muqtadir, al-muqadddim, al-baqi). |
|
|
|
4 |
Bertanya kepada guru
ketika tidak mengerti |
|
|
|
5 |
Mengerjakan tugas yang
diperintahkan guru. |
|
|
|
6 |
Berusaha memamahmi materi asmaul husna (as-samad, al- muqtadir, al-muqadddim, al-
baqi). |
|
|
|
7 |
Berusaha mencontoh bacaan asmaul husna (as-samad, al-muqtadir, al- muqadddim, al-baqi) yang dicontohkan guru. |
|
|
|
8 |
Berusaha menghafal asmaul husna (as-samad, al-muqtadir, al- muqadddim, al-baqi). |
|
|
|
9 |
Menunjukkan hafalan asmaul husna
(as-samad, al-muqtadir, al-
muqadddim, al-baqi) kepada teman. |
|
|
|
10 |
Mengulangi hafalan asmaul
husna (as-samad, al-muqtadir, al- muqadddim, al-baqi)
di jam istirahat. |
|
|
|
NIP. 19860706202321 2 009
No |
Nama Siswa |
Skor Nomor
Soal |
JML |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
|||
1 |
ALDO |
|
|
|
|
|
2 |
Ahmad ZAYN |
|
|
|
|
|
3 |
AHMAD WILDAN |
|
|
|
|
|
4 |
AHMAD MUAZZAM |
|
|
|
|
|
5 |
ALDYANO REZKY |
|
|
|
|
|
6 |
MOHAMMAD BADRUL TAMAM |
|
|
|
|
|
7 |
NAUFAL FERIZQO |
|
|
|
|
|
8 |
MOH.IQBAL |
|
|
|
|
|
9 |
MOH AZKAL WILDANI |
|
|
|
|
|
10 |
MOH.RAFA AIDIL .A |
|
|
|
|
|
11 |
JIBRIL AKYAS R |
|
|
|
|
|
12 |
FAHRI AL-HAQI |
|
|
|
|
|
13 |
ARIZADANIA |
|
|
|
|
|
14 |
AKBAR NUR DAFA |
|
|
|
|
|
15 |
FARADILLAH LUZZIYANTI |
|
|
|
|
|
16 |
M.SYAHRIL ARIFIN |
|
|
|
|
|
17 |
RIFKI MAULANA |
|
|
|
|
|
18 |
RUSLAN ASROF |
|
|
|
|
|
Keterangan :
4 Sangat Baik : Hafalan lancar, Tartil, Lagu/ berirama
3 Baik : Hafalan lancar , tidak berirama
2 Sedang : Hafalan kurang lancar
1 Kurang : Hafalan tidak lancar
Soal Ulangan “ Asmaul Husna (as-samad, al-muqtadir, al-muqaddim, al-baqi”
PENILAIAN HARIAN
BAB I Asmaul Husna (as-samad, al-muqtadir, al-muqaddim, al-baqi) KELAS VI SDN 1 KEDUNGJAYA
Rabu,................ 2023
Nama : ………………
Kelas : VI (Enam)
No Absen : ………………
A.
Berilah tanda silang
(x) pada huruf a, b,c atau d pada jawaban
yang paling tepat!
1. Kita dapat mengenal kebesaran Allah swt . melalui nama - nama Nya yang paling
baik. Nama - nama yang paling baik. Nama - nama yang paling baik tersebut dikenal dengan istilah .....
a. Asma'muadzam
b.
Asmaul Husna
c. Akhlaqul Karimah
d. Akhlaqul Mazmumah
2. Asmaul Husna
artinya….
a.nama-nama Allah yang agung dan indah b.nama-nama yang harus dihafalkan setiap muslim c.nama yang dimiliki Allah
a. Sifat wajib bagi Allah
3. Berbuat baik kepada sesama baik muslim dan non muslim diperbolehkan dalam Islam , selama hal tersebut tidak mengarah kedalam ........
a. kemaksiatan
b. Kebajikan
c. Kemaslahatan
d. kebaikan
4. Islam Melarang umatnya untuk melakukan segala perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Berikut contoh perbuatan yang dapat merugikan orang lain, kecuali......
a. menipu
b. Mencuri
c. berkhianat
d. amanah
5. Jumlah Asmaul Husna ada .......
a.97
b. 98
c. 99
d. 100
6. Al Aziz merupakan salah satu asmaul husna yang dimiliki oleh Allah swt. yang berarti Maha Perkasa. salah satu cara meneladani asmaul husna ini adalah......
a. ikut bergotong royong membersihkan lingkungan
b. selalu bersikap apa adanya ketika bersama teman
c.
pantang menyerah menghadapi ujian
d. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
7. Asmaul Husna atau nama-nama Allah yang indah dan agung terdapat dalam surat….
a.Al A”raf ayat 130 b.Al A’raf ayat 180 c.Al A’raf ayat 181
e. Al A'ray ayat 182
8. Allah merupakan penguasa semua makhluknya dan memiliki kewenangan mutlak untuk mengatur dan memutuskan kepentingan seluruh makhluk tanpa butuh bantuan yang disebut…
a.Al Malik b.Al Aziz c.Al-Quddūs
d. Al Qayyum
9. Allah Swt. Maha Merajai. Allah Swt. merajai semua makhluk dan memilki kekuasaan yang tidak terbatas, karena kekuasaan Allah Swt. bersifat.......
a. sementara
b. lemah
c. mutlak
d. ajaib
10. السالَم Perhatikan tulisan bahasa Arab di samping .Nama-nama Allah salah
satunya adalah yang tertulis diatas yaitu….
a.As Salam b.Al Mu’min c.Al Qudus
d. Al Malik
B.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah
ini!
1.
Allah
memiliki berapa banyak
nama yang disebutkan dalam Asmaul Husna?
Jawaban: 99 nama.
2. Apa yang dimaksud dengan
Asmaul Husna?
Jawaban:
Asmaul Husna adalah serangkaian nama-nama Allah yang indah dan sempurna yang menggambarkan sifat-sifat-Nya.
3. Apa arti dari nama Allah "As-Samad"?
Jawaban:
As-Samad berarti Allah yang Maha dibutuhkan (tempat bergantung), tidak butuh kepada
siapa pun, tetapi semua makhluk
butuh kepada-Nya.
4.
Apa
arti dari nama Allah "Al-Muqtadir"?
Jawaban: Al-Muqtadir berarti Allah yang Maha Kuasa, memiliki
kekuasaan atas segala
sesuatu.
5. Apa arti dari nama Allah "Al-Muqaddim"?
Jawaban:
Al-Muqaddim berarti Allah yang mendahulukan, yang menentukan urutan dan waktu peristiwa.
5. Dokumentasi
Lembar Dokumentasi
Bentuk dokumentasi yaitu foto dan video kegiatan yang menunjukan pemanfaatan media pembelajaran, aktivitas pembelajaran di sekolah.
Dokumentasi |
Ada |
Tidak ada |
Foto kegiatan |
ADA |
|
FOTO- FOTO KEGIATAN OBSERVASI DAN WAWANCARA DALAM PTK
1. Penjelasan kegiatan
yang akan dilakukan ke siswa
Komentar
Posting Komentar